Record Detail

MUHAMMAD FARHAN, Konsep Pemimpin Rumah Tangga Studi
komparatif QS An-Nisa’ ayat 34 dalam Tafsir Ibnu Katsir dan Al-mishbah.
Memasuki era informasi dan globalisasi, ada perubahan pandangan mengenai
fungsi dan status wanita dalam berumah tangga. Persentase wanita yang bekerja
lebih sedikit dari laki-laki Pada masa lampau, karna secara umum fungsi wanita
adalah mengurus rumah tangga, membesarkan anak serta mengurus kepentingan
suami dan urusan lain yang berkenaan dengan urusan rumah tangga. Sedikit sekali
wanita yang dibebani masalah ekonomi sebagaimana yang mereka alami
sekarang. Secara psikologis lebih sulit bagi wanita sekarang ini menerima konsep
kepemimpinan dalam keluarga. Tidak banyak wadah sosialisasi untuk wanita agar
belajar bagaimana menerima kepemimpinan suami. Hal ini disebabkan dalam
setiap aspek kehidupan di setiap sektor publik wanita memiliki hak dan
kesempatan yang sama dengan laki-laki, maka para wanita perlu belajar lagi
menerima kepemimpinan dalam lembaga keluarga.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode penelitian kajian pustaka (Library research) yaitu
penelitian yang mengambil dan membuat data yang bersumber dari buku-buku
yang ada kaitanya dengan penelitian ini. Penelitian ini pada dasarnya
memfokuskan kepada sumber pokok yaitu tafsir Ibnu Katsir dan Al-Misbah,
kemudian sumber lain sebagai penunjang agar mendapat gambaran yang utuh,
kemudian dideskripsikan dan dianalisis serta dikomprasi.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Ibnu Katsir dan M.
Quraish Shihab sama-sama menjelaskan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi
perempuan. Namun perbedaannya terletak pada pertimbangan dalam menyatakan
hal tersebut. Pertimbangan Ibnu Katsir laki-laki lebih utama dari wanita dan lakilaki lebih baik dari wanita, itu sebabnya sifat nubuwwah hanya khusus bagi kaum
laki-laki. Kemudian karena laki-laki (suami) mempunyai kewajiban untuk
membayar mahar, nafkah dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan M. Quraish Shihab,
karna keistimewaan yang ada pada diri laki-laki baik secara fisik maupun
psikologis, yang lebih menunjang tugas kepemimpinan. serta karena laki-laki
membelanjakan hartanya untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.
Pandangan Ibnu Katsir mengenai kepemimpinan wanita, beliau sangat tegas
melarang perempuan menjadi pemimpin dalam semua sektor. Sedangkan M.
Quraish Shihab tidak menentang perempuan untuk menjadi pemimpin dalam
ranah publik selama ia mempunyai kemampuan untuk memimpin dan tidak
mengabaikan tugas pokoknya sebagai istri.